Minggu, 28 Juni 2009

Sabtu, 30 Mei 2009

Foto-foto perikanan di Sebatik

Bagan di Ambalat

Teri Ambalat diproses pemisahan kepala dan tulang

Armada Nelayan di Tanjung Karang Sebatik


Pengolahan udang kering menjadi EBI



Proses penjemuran udang untuk EBI





Rabu, 29 April 2009

Jumat, 24 April 2009

PROSPEK RUMPUT LAUT DI SEBATIK DAN NUNUKAN

PROSPEK RUMPUT LAUT DI SEBATIK DAN NUNUKAN

(Disusun dari berbagai sumber oleh : Dian Kusumanto)

Persyaratan lokasi dan lahan 

Lahan budidaya Eucheuma sp yang cocok terutama sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yangmeliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. 
Adapun persyaratan lahan budidaya Eucheuma sp adalah : 
 
Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat. 
Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20 - 40 cm/detik. 

Dasar perairan budidaya Eucheuma sp adalah dasar perairan karang berpasir. 
Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm. 
Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal. 
Suhu air berkisar 27 - 30 oC dengan fluktuasi harian maksimal 4oC. 
Salinitas (kadar garam) perairan antara 30 - 35 permil (optimum sekitar 33 permil). 
pH air antara 7 - 9 dengan kisaran optimum 7,3 - 8,2
 
Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran. 
Sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain seperti Ulva, Caulerpa, Padina, Hypnea dan lain-lain sebagai sp indikator. 

Rumput laut termasuk dalam anggota alga (tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau daun). Tumbuhan yang hidup diperairan dangkal dan menempel pada karang yang mati ini dibagi kedalam 4 kelas besar, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga cokelat), Chlorophyceae (alga hijau), dan Cyanophyceae (alga biru hijau).

Bibit 

Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras, tidak layu dan kenyal. 
Berat bibit pada awal penanaman + 100 gram per ikat. 
Bibit sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari atau direndam di laut dengan menggunakan kantong jaring. 
 
Metode tali panjang 
Metode tali panjang (long line method) pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol aqua bekas sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga bisa diterapkan di perairan yang agak dalam. 

Keuntungan metode ini antara lain: 
1. tanaman cukup menerima sinar matahari; 
2. tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air; 
3. terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan; 
4. pertumbuhannya lebih cepat; 
5. cara kerjanya lebih mudah; 
6. biayanya lebih murah; 
7. kualitas rumput laut yang dihasilkan baik. 

Pemanfaatan Rumput Laut

Pemanfaatan Rumput Laut Secara Umum adalah :
1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Non pangan (Makanan hewan, makanan ikan, cat, keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan kosmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)

Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Contohnya yaitu alga cokelat, yang digunakan untuk bahan baku es krim, pengolahan tekstil, pabrik farmasi, semir sepatu, dan pabrik cat. Alga merah untuk bahan baku industri makanan, farmasi, penyamakan kulit, dan pembuatan bir.

Selain itu, rumput laut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pupuk tanaman, campuran makanan ternak, dan juga bahan baku kosmetika.
Rumput laut diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino, mineral, trace elements, dan vitamin A,B,C,D,E dan K. Karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta sistem pencernaan.

Rumput laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.

Di Cina, rumput laut juga biasa digunakan untuk pengobatan kanker. Tingginya tingkat konsumsi rumput laut mungkin berhubungan dengan rendahnya insiden kanker payudara pada wanita di negara tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh kandungan klorofil rumput laut yang bersifat antikarsinogenik. Selain itu, karena kandungan vitamin C dan antioksidannya yang dapat melawan radikal bebas, rumput laut bermanfaat untuk memperpanjang usia dan mencegah terjadinya penuaan dini.

Semua rumut laut kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Serat dapat melancarkan pencernaan dengan membentuk zat seperti gelatin dalam usus halus dan meningkatkan kadar air dalam fases. Konsumsi serat dapat membantu metabolisme lemak sehingga menurunkan kadar kolestrol darah dan gula darah. Rumput laut juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar, dan gangguan pencernaan lainnya.

Minuman Sari Rumput Laut

Bahan :
rumput laut cottonii/spinosum segar 
Jeruk nipis 
larutan kapur sirih 
Larutan CMC 0,3 % (bisa didapat ditoko bahan kue) 
 
Alat : 
Wadah pencucian 
penyaring 
Kompor 
panci perebusan 
Timbangan 
blender 
Pengaduk 

Cara Membuat : 
1. cuci rumput laut sampai bersih, rendam dalam larutan kapur sirih selama 24 jam, kemudian ditiriskan 
2. potong rumput laut sekecil mungkin 
3. tambahkan air sebanyak 1/2 kali berat rumput laut kering kemudian diblender angkat dan

4. masukkan rumput laut yang diblender kedalam panci perebusan lalu tambahkan air sebanyak 3 kali berat rumput laut masukkan gula sebanyak air dengan perbandingan 1:1 kemudian tambahkan larutan CMC 0,5 gram rebus selama 3-5 menit. 
5. saring hasil perebusan dengan menggunakan saringan dan ampasnya ditampung dalam panci atau wadah yang bersih kemudian tambahkan natrium benzoat lalu diaduk merata. 
6. tambahkan larutan jeruk nipis yang diperas secukupnya 
7. panaskan lagi pada suhu 100oC selama 15 menit 
8. dinginkan dan siap diminum.

Cendol Rumput Laut 

Bahan 
1 kg rumput laut cottonii segar 
susu 
Air beras/kapur 
coklat 
Pasta pandan 
Sirup cocopandan (sesuai selera) 
garam 
 
Alat 
Wadah penirisan 
Kompor 
Ayakan 
Pengaduk 
Cetakan 
 

Cara Membuat : 
1. Rumput laut cottonii segar (basah) dicuci dengan air tawar, jemur sampai kering sekitar 2–3 hari . 
2. rendam rumput laut kering dengan air kapur/beras kemudian ditiriskan. 
3. rebus dan ditambahkan air sebanyak 2 kali rumput laut 
4. Perebusan pertama : selama 30-60 menit kemudian diangkat, ditiriskan untuk dihaluskan. 
5. Perebusan kedua : tambahkan gula pasir, susu, coklat dan sirup cocopandan (sesuai selera) 
dicetak dalam cetakan cendol, kemudian ditampung dalam wadah dan tambahkan air es.  
6. Siap dihidangkan dan dikonsumsi 

Manisan Rumput Laut

Bahan
1 kg rumput laut cottonii segar 
1 kg gula pasir 
Air beras/kapur 
air tawar 
Pasta pandan 
Larutan kapur sirih 
Asam jeruk 
 
Alat
Wadah perendaman 
Kompor 
Saringan 
Pengaduk 

Cara Membuat : 
1. cuci dan rendam rumput laut cottonii segar (basah) dengan air tawar, jemur sampai kering selama 2–3 hari di atas para-para penjemuran. 
2. rendam rumput laut kering dengan air kapur/beras selama 2-3 hari sampai bau amis hilang  kemudian ditiriskan. 
3. rendam dengan larutan kapur sirih selama 1 jam agar tidak berlendir, kemudian bersihkan lagi dengan air. 
4. potong-potong sebesar 3 cm kemudian ditiriskan 
5. buat larutan gula dengan cara merebus 1 kg gula pasir di dalam 1 liter air, kemudian didinginkan. 
6. rendam potongan-potongan rumput laut dalam larutan gula selama 1-2 jam. 
7. Tambahkan asam jeruk secukupnya, jika menginginkan manisan berwarna maka dapat ditambahkan pasta pandan. 











Senin, 06 April 2009

MERANCANG CORPORATE MIX FARMING DI NUNUKAN




MERANCANG CORPORATE MIX FARMING DI NUNUKAN
(UBIKAYU-SAPI-AREN VS CASSAVA FLOUR-PUPUK –OBAT ORGANIK-BIOETHANOL-GULA-SYRUP)

Oleh : Dian Kusumanto

 Rancangan ini bermula dari keprihatinan terhadap para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hijau Lestari di kampung Mamolo Nunukan. Dari keterangan para petani anggota yang berjumlah 20 orang, tingkat pendapatannya rata-rata masih sangat rendah bahkan di bawah UMR. Mereka mengusahakan lahan sawah sekitar 25 hektar dan lahan kering seluas 50 hektar. Pendapatan mereka rata-rata di bawah Rp 700.000 per bulan.

  Beberapa kali pertemuan menunjukkan bahwa mereka bukan tipe petani yang malas, mereka sangat rajin, hampir tiada hari tanpa memegang cangkul atau parang dan berkebun atau ke sawah. Sawah ditanami padi hanya sekali dalam setahun kadang juga dua kali, lahan keringnya sebagian besar belum tergarap . Sebagian kecil sudah digarap dengan menanam ubikayu, jagung, Lombok, tomat, kacang tanah, pohon pisang, pohon durian, dll.  

 Dengan keadaan fasilitas yang apa adanya tenaga mereka tidak mencukupi untuk mengelolaha lahan yang ada. Modal tidak cukup untuk mengelola lahan semuanya. Kadang pada saat diperlukan pupuk atau obat hama modal belum tersedia dan akhirnya tanaman sering mengalami gagal panen. Pada saat harus mengelola sawah, kadang-kadang pekerjaan yang belum selesai di lahan kering terpaksa ditinggalkan. Mereka belum mampu mengelola perencanaan usaha tani dengan matang, iklim kadang mengacaukan rencana. Alat mesin pertanian yang terbatas belum sepenuhnya mampu membantu mengatasi kendala musim ini.

 Diskusi pun sering dilakukan untuk mencari cara “mengubah nasib” petani dari yang serba pas-pasan menuju petani yang bergairah dengan pendapatan dan kehidupan yang sejahtera. Beberapa pemikiran pun dilontarkan, yang terakhir adalah rancangan Corporate Mix Farming (selajutnya disingkat CMF). Maka dimulailah dari alternative komoditi yang paling gampang dikembangkan, paling cocok dengan iklim dan tanah setempat dan petani sudah familiar mengelolanya, yaitu Singkong atau Ubikayu.

 Dengan pola CMF ini pengelolaan system usaha tani memadukan beberapa komoditi secara sinergis, memanfaatkan seluruh produk samping (dulu disebut limbah) menjadi bahan pendukung lainnya sehingga memberi nilai tambah bagi sub system lainnya secara saling isi mengisi. Sistem usaha tani menjadi jaringan yang tertutup bahkan tanpa input dari luar system, karena kesinergisannya antar sub system bisa saling menutupi kekurangannya.

 Konsep ini meneruskan pola sinergi pangan pakan dan energy yang telah dibahas sebelumnya, yaitu antara Aren sebagai tanaman jangka panjang dengan Ubikayu atau singkong sebagai tanaman sela pengisinya, ditunjang oleh Sapi sebagai titik kunci penghubung antar subsistem dari ketergantungan input dari luar. Untuk memulainya pakan diambilkan dari subsystem sawah yaitu limbah jerami padi. 

Ciri korporasinya terletak pada peningkatan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan, meliputi pabrik pengolah Singkong menjadi tepung Cassava atau tepung Mocal, pabrik pengolah Bioethanol, Pabrik Pengolah Gula, Unit Pengolah Limbah Organik menjadi Pupuk dan Pestisida Organik, Unit pengelolaan pakan ternak, Unit Pengelola Produk-produk lainnya, dll. Oleh karena itu dalam mengelola CMF ini Kelompok Tani masih bekerja sama dengan suatu Koperasi dan beberapa lembaga pendampingan dari Pemerintah dan LSM.

 Rancangan CMF ini untuk lahan sawah 25 hektar dan lahan kering 50 ha, secara garis besar sebagai berikut :

1. Lahan sawah seluas 25 ha ditanami padi 2 kali dalam setahun dan sekali atau semusim ditanami palawija berupa kacang tanah atau jagung. Dari lahan sawah ini padinya dikelola oleh masing-masing petani sebagaimana biasanya, namun limbahnya yang berupa jerami dimanfaatkan oleh CMF untuk persiapan pakan ternak sapi. Jerami padi yang akan diproduksi adalah sekitar 1,5 kali produksi padinya, jika produksi bisa mencapai 5 ton per hektar, maka jerapi yang dihasilkan dari 25 ha lahan sawah selama 2 kali musim tanam adalah 1,5 x 5 ton/ha x 2 musim/tahun x 25 ha/musim = 375 ton Jerami per tahun.

Penggunaan pupuk dan obat-obat hama secara berangsur dikurangi dan total tidak menggunakan ketika unit pembuatan pupuk dan pestisida organic sudah berjalan Sebenarnya dengan hanya menggunakan pupuk organic sendiri dengan jumlah yang cukup hasil Padi dan palawija dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.


2. Dari jerami 375 ton per tahun dapat untuk dijadikan cadangan pakan sapi sekitar 1 ton per hari, atau bisa member pakan kepada sekitar 40 ekor Sapi Bali (dengan pakan rata-rata 25 kg/ekor/hari). Jerami-jerami ini ditampung pada suatu tempat atau disebut sebagai Gudang Jerami atau Gudang Pakan Sapi, sebab nanti setelah Ubikayu mulai panen aka nada sumber pakan baru berupa limbah Ubikayu yang berasal dari daun dan kulit umbi Ubikayu.
Memang sebaiknya jerami-jerami ini dipress sehingga tidak memerlukan tempat yang terlalu luas dan besar, demikian juga pakan yang berasaldari limbah Ubikayu, sebaiknya juga dipress.

3. Jerami dari padi ini dijadikan starter awal sumber pakan bagi Sapi bali sebanyak 40 ekor. Sapi-sapi ini dipelihara dengan system kandang sehingga kotoran dan urinenya bisa ditampung untuk dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk organic dan pestisida nabati. Tidak menutup kemungkinan jumlah Sapi akan ditambah nanti setelah pakan memang banyak tersedia. Kalau tidak, pakan yang berlebih dapat dijual kepada peternak yang lain atau bahkan menawarkan kerja sama dengan menampung dan memeliharakan Sapi milik peternak-peternak lain yang dikelola secara liar. Dengan pemeliharaan system kandang maka nilai tambah dari kotorannya dapat menghasilkan pupuk dan obat hama yang juga dapat bernilai ekonomi tinggi.

4. Untuk tahap awal diperlukan kandang untuk 40 ekor Sapi Bali dan Unit Pengolahan Limbah Organik. Unit kandang Sapi Bali dan Unit pengolahan Limbah Organik ini harus saling berdekatan atau bergandengan. Di dalam Unit pengolahan Limbah Organik ini juga merupakan Unit Pemrosesan Pupuk Organik dan Pestisida Organik serta Unit Biogas. Pupuk Organik ada dua macam, yaitu pupuk padatan (Kompos) dan pupuk cair (Biokultur) yang diolah dari kotoran padat dari kandang sapi. Sedangkan Pestisida Organik diolah dari Urine Sapi atau kencing sapi yang diolah dengan teknik khusus diramu dengan bahan-bahan dari jenis-jenis tanaman dan bahan-bahan tertentu.

Dari Sapi Bali sebanyak 40 ekor maka diperkirakan akan dapat menghasilkan kotoran padat sebanyak sekitar 600 kg sehari (15 kg/ekor/hari x 40 ekor) dan kencing Sapi sebanyak sekitar 120 liter (dari 3 liter/ekor/hari x 40 ekor).


5. Unit Pengolahan Pupuk Organik akan dapat menghasilkan kompos sebanyak sekitar 300 kg sehari, atau akan menghasilkan Biokultur sebanyak 1.000 s/d 6.000 liter Biokultur per hari sesuai dengan kemauan dan kebutuhan pasar nantinya. Biokultur 50 liter dibuat dari 5 kg kotoran padat segar dengan 1 liter Enzim dan air sampai 50 liter, ditambah aneka bahan pupuk dari bagian-bagian tanaman yang mengandung unsure N, P atau K, serta bahan-bahan pelengkap lainnya. Biokultur bisa dijual dengan harga antara Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per liter.

Sedangkan Biourine (kencing sapi) diolah untuk menjadi obat pestisida organic bersama ramuan dari bagian-bagian tanaman yang mengandung anti hama dan penyakit tanaman. Dari urine Sapi sebanyak 120 liter per hari maka akan diperoleh sekitar 100 liter Biourine setiap hari. Dengan harga Biourine Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000 /liter, maka ada peluang tambahan penghasilan Biourine sebanyak antara Rp Rp 500.000 sampai dengan Rp 1 juta per hari.


Oleh karena produksi pupuk dan obat organic nanti akan melimpah, maka kemungkinan besar akan ada unit usaha baru yaitu usaha penjualan pupuk dan jasa pemupukan lahan-lahan petani yang lain di luar CMF ini. Keadaan pengembangan unit ini akan semakin membesar pada saat setelah pakan dari limbah Singkong dan bioethanol melimpah, hal ini dimungkinkan karena jumlah Sapi yang bisa disiapkan pakannya juga semakin besar.

6. Lahan Kering yang diusahakan dari CMF ini ada 50 ha. Komoditi jangka panjang yang ditanam adalah AREN, sedang tanaman tumpang sari jangka menengah yang ditanam di lahan tersebut adalah Singkong. Singkong ditanam secara bertahap agar nanti dapat dipanen secara bertahap setiap hari. Singkong akan diolah menjadi Tepung Cassava dan Tepung Mocal serta menjadi Bioethanol.

Tanaman Aren diproyeksikan mulai menghasilkan setelah umur 6 tahun, sedangkan Ubikayu dipanen antara umur 8 – 12 bulan atau sekitar 10 bulan. Pemupukan dan pengobatan terhadap hama dan penyakit hanya menggunakan pupuk organic dan pestisida organic yang diproduksi sendiri baik untuk tanaman Aren maupun Ubikayu.


7. Ubikayu atau Singkong seluas 50 ha ditanam untuk pembuatan Tepung Cassava atau tepung Mocal dan pembuatan Bioethanol. Oleh karena itu Singkong ditanam secara bertahap-tahap sehingga selama sekitar 10 bulan dapat ditanam Ubikayu seluas sekitar 50 hektar. Atau bisa juga dihitung dengan 5 bulan per hektar, atau dalam setiap bulan ditanam ubikayu seluas 5 ha. Dihitung dengan asumsi bahwa produktifitas Singkong sekitar 50 ton/ha/musim, maka dalam satu musim akan diproduksi sekitar 50 ha/musim x 50 ton/ha = 2.500 ton per musim. Dengan lama penanaman Singkong sekitar 10 bulan atau 300 hari maka akan dihasilkan sekitar 8,3 ton Singkong Segar per hari.

Penanaman Ubikayu menggunakan populasi antara 10.000 sampai 15.000 pohon per ha dengan target produksi sekitar 50 ton per hektar per musim. Ubikayu yang ditanam adalah jenis yang mempunyai potensi produksi tinggi dan yang rendemen patinya tinggi. Pemupukan dan penggunaan obat hama dan penyakit hanya menggunakan pupuk organic yang dihasilkan sendiri.  


8. Jumlah limbah Ubikayu yang dihasilkan dari produksi Umbi sekitar 8 ton per hari, maka limbah berupa kulit umbi ada sekitar 15 % -30 % dari umbinya, dan limbah berupa daun dan pucuk batang mudanya sekitar 50% - 100% dari umbinya. Maka jumlah limbah kulit sekitar 1.200 – 2.400 kg dan limbah daun dan pucuk batang muda ubikayu sekitar 4 – 8 ton per hari. Jadi limbah yang bisa dijadikan pakan ini sekitar 5,2 – 10,4 ton per hari, kalau diambil angka kecilnya saja, katakanlah 6 ton atau 6.000 kg per hari. Kalau seekor Sapi mengkonsumsi rata-rata 25 kg pakan, maka ada sekitar 240 ekor Sapi yang bisa disediakan pakannya dengan system kandang.

Artinya pakan ini bisa saja dijual kepada peternak yang lain, atau bisa juga dikembangkan unit-unit usaha baru di tempat lain untuk menampung Sapi dari para peternak yang biasanya hanya dilepas secara liar. Bisa saja dirintis usaha bagi hasil ternak antara CMF dengan peternak lain atau pemilik sapi di luar wilayah CMF sendiri dengan jaminan pakan dan pengalaman dari CMF.

Dengan system kandangisasi dan pakan yang disediakan, maka nilai tambah berupa limbah bahan pupuk dan pestisida organic akan semakin melimpah. Keadaan ini dapat menjamin ketersediaan pupuk mengurangi bahkan meniadakan ketergantungan petani akan pupuk dan obat pestisida kimia.

Pengelolaan limbah organic dari kandang ini pun bisa juga dikerjasamakan karena memang CMF sudah cukup memiliki pengalaman yang sudah mulai bisa ‘dijual’ kepada petani yang lain. Seluruh petani yang terlibat di dalam CMF ini merupakan para ahli di bidang masing-masing, dan siap menularkan ilmunya serta bertindak sebagai konsultan bagi kelompok tani yang lainnya.


9. Unit pengolahan Tepung Cassava dan Tepung Mocal (Modified Cassava Flour) disiapkan dengan kapasitas produksi sekitar 2,5 - 3 ton per hari. Tepung cassava 1 kg dihasilkan dari ubikayu sekitar 3 kg atau 3 kg ubi menjadi 1 kg. Jadi dari 8,3 ton ubi akan dihasilkan sekitar 2,76 ton tepung cassava, atau dibulatkan saja menjadi 2,5 ton tepung cassava per hari. Berarti jika tepung Cassava dinilai dengan harga Rp 2.000/kg saja, maka dapat dperoleh devisa sebesar Rp 5 juta per hari, atau Rp 150 juta per bulan, atau Rp 1,8 Milyard setiap tahunnya.

10. Seandainya CMF ini juga menyediakan unit pengolahan Bioethanol dari Ubi, maka dapat saja berbagi dengan ubi untuk cassava atau bahkan diolah dari tepung cassavanya itu sendiri. Seperti diketahui bahwa 1 liter bioethanol dapat dihasilkan dari sekitar 6,5 kg ubi. Jika semua hasil ubi diolah menjadi Bioethanol maka akan dihasilkan sekitar 1.277 liter Bioethanol atau dibulatkan menjadi 1.200 liter bioethanol setiap hari.

Unit Bioethanol akan diperbesar pada saat nanti Aren sudah mulai memproduksi nira, yaitu sekitar 6 tahun kemudian. Kapasitasnya diperkirakan akan mencapai antara 50.000 – 100.000 liter nira per hari, atau dengan hasil Bioethanol sekitar 3.500 – 7.000 liter Bioethanol per hari, atau 105 – 210 kL/ bulan atau 1.260 – 2.520 kL/tahun kalau nira digunakan semua untuk Bioethanol. Nilai hasil usaha (jika Bioethanol seharga Rp 5.000/liter) dapat mencapai sekitar Rp 6,3 – 12,6 Milyard per tahun. Bukan main!! Sangat fantastic.  


11. Unit Pabrik Gula akan menjadi salah satu andalan dalam system CMF ini, sebab dari unit ini akan dihasilkan beraneka macam produk-produk turunan dari Gula Aren ini. Dengan nira Aren sebanyak 50.000 – 100.000 liter per hari, maka akn bisa dihasilkan aneka produk Gula Aren mencapai sekitar 6.500 – 13.000 kg gula setiap hari, atau 195 -390 Ton/ bulan, atau 2.340 – 4.680 Ton per tahun. Nilai hasil usaha (jika Gula seharga Rp 5.000/kg atau per liter) dapat mencapai sekitar Rp 11,7 – 23,4 Milyard per tahun. Ini diperoleh jika diolah menjadi Gula semua. Ternyata lebih fantastic lagi. Dengan demikian para petani yang terlibat akan menjadi OKB-OKB yang mungkin saja sangat sejahtera di Indonesia.

Bagaimana menurut Anda???  

Konsep Peternakan Sapi Modern

Konsep Peternakan Sapi Modern



PETERNAKAN SAPI PERAH

PETERNAKAN SAPI PERAH